Tugas kelompok Dosen Pembimbing
Penganggaran
perusahaan Febri Rahmi, Se,MM. Ak
PENGANGGARAN PERSEDIAAN
OLEH
KELOMPOK 6
Widi Astuti
(11173203340)
Safitri
Handayani (11173201378 )
Sri mulyani
(1173103323)
JURUSAN AKUNTANSI E/V
FAKULTAS EKONOMI DAN
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS SULTAN
SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
dan salam tak lupa pula penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus
untuk menjadi rahmat sekalian alam. Seiring dengan itu, tidak lupa penulis
ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi
dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah
ini penulis akan menjelaskan mengenai PENGANGGARAN
PERSEDIAAN . Akan tetapi, Penulis menyadari banyak kekurangan dari
makalah ini. Setiap kesalahan tidak akan luput dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, saran dan masukan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Pekanbaru, 26 September 2013
PENULIS
2.4. Tujuan
anggaran...............................................................................................................................8
Sedangkan pengertian anggaran menurut M. Nafarin anggaran adalah
:“Anggaran (Budget) merupakan rencana
tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif
dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu”. (M.
Nafarin, 2001:9)
Sebelum menyusun anggaran perusahaan harus menyusun
rencana strategis. Rencana strategis itu disusun berdasarkan hasil analisis
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan. Rencana strategis pada umumnya
berjangka 5 tahun, 10 tahun atau lebih. Rencana strategis diterjemahkan dalam
tujuan jangka panjang kemudian diterjemahkan dalam tujuan jangka pendek. Dan
tujuan jangka pendek itu disusun rencana jangka pendek yang kemudian dijabarkan
dalam bentuk anggaran jangka pendek. ”Dengan adanya anggaran akan Terdapat perencanaan terpadu, Terdapatnya
pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan, Terdapat alat koordinasi dalam
perusahaan, Terdapat alat pengawas yang baik, serta akan Terdapatnya alat
evaluasi kegiatan perusahaan”. (Winardi 2003:8)
Dalam
kriteria perusahaan terdapat tiga jenis perusahaan yaitu perusahaan dagang,
perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa. Untuk perusahaan jasa produknya
tidak dapat diliat secara kasat mata tetapi dapat dirasakan sedangkan untuk
perusahaan dagang dan manufaktur walaupun berbeda usahanya tetapi memiliki
produk yang dapat dilihat oleh mata dan dapat pula dirasakan, hanya saja untuk
perusahaan manufaktur memiliki proses produksi yang lebih lengkap dalam
mengelola bahan mentah menjadi produk siap untuk dijual (produk jadi). Baik
perusahaan yang
bergerak dalam bidang perdagangan maupun manufaktur berusaha memanfaatkan semua
sumber daya yang dimilikinya seefektif dan seefisien mungkin, sumber daya
tersebut diantaranya adalah persediaan.
Persediaan perusahaan dagang berbeda
dengan persediaan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan dagang, persediaan
hanya terdiri dari satu jenis saja yaitu persediaan barang dagang, yang tanpa
proses lebih lanjut namun barang tersebut langsung dijual ke konsumen sedangkan
pada perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari tiga jenis persediaan yaitu
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang
jadi.
Persediaan adalah satu syarat pokok
yang harus dipenuhi dan dimiliki oleh suatu perusahaan yang bergerak dalam
bidang perdagangan karena yang diperjual-belikan adalah persediaan dan
keuntungan yang diperoleh berdasarkan selisih harga pokok penjualan dengan
harga jual. Pada laporan keuangan perusahaan dagang persediaan adalah salah
satu aktiva lancar yang mempunyai nilai investasi terbesar yang informasinya
sangat diperlukan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan agar tidak
terjadi kelebihan dan kekurangan persediaan dan sebagai objek penelitian akan
dilakukan pada perusahaan dagang.
Makalah ini kami akan membahas mengenai :
·
Defenisi anggaran perusahaan dan anggaran persediaan
·
Karakteristik/jenis anggaran persediaan
·
Tujuan anggaran persediaan
·
Metode perhitungan anggaran persediaan
·
Contoh anggaran persediaan
·
Kelemahan dan kelebihan anggaran persediaan
Makalah ini bertujuan agar pembaca lebih membahami
·
”Dengan
adanya anggaran persediaan segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan
utama, Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai,
Dapat memotivasi pegawai, Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada pegawai,
Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu, dan sebagai Sumber
dana seperti tenaga kerja, peralatan, Memprediksi transaksi dan
kejadian finansial serta non finansial di masa yang akan datang
·
Mengembangkan
informasi yang akurat dan bermakna bagi penerima anggaran dan dana dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin”. (M. Nafarin 2004:15)
Anggaran perusahaan atau sering dikenal
dengan budget memiliki pengertian
yang beraneka ragam, namun masing-masing pengertian tersebut memiliki inti
pengertian yang sama. Anggaran adalah suatu rencana rinci yang dinyatakan
secara formal dalam ukuran kuantitatif untuk menunjukan sumber-sumber yang akan
diperoleh dan digunakan selama jangka waktu tertentu, umumnya satu periode atau
satu tahun. “kas merupakan bentuk aktiva yang paling
likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial
perusahaan”.(Suad Husnan & Enny Pudjiastuti 2002:111)
Anggaran persediaan merupakan
anggaran yang merencanakan secara terperinci berapa nilai persediaan pada
periode yang akan datang. Pada perusahaan manufactur persediaan yang ada
terdiri dari 3 jenis, yaitu persediaan material, persediaan barang setengah jadi
dan persediaan barang jadi yang mana tidak dimiliki oleh
perusahaan dagang. Sedangkan dalam laporan ini akan membahas lebih detail
tentang penganggaran persediaan untuk perusahaan dagang.
Arti dari persediaan barang dagang itu sendiri adalah persediaan yang
langsung dijual kepada konsumen tanpa proses lebih lanjut(
Bambang Riyanto (2001;96)
Sebagai contoh diangkatlah kasus
dari PT Mutiara Tiga Berlian yang merupakan distributor mesin penyambung pipa
(Welding machine) dan aksesoris. Untuk mendapatkan persediaan barang dagangnya
yakni mesin penyambung pipa dan aksesoris ini, perusahaan harus mengimpor dari
China sehingga membutuhkan proses, waktu dan biaya yang harus dipertimbangkan
(dianggarkan) untuk kelancaran proses usaha perusahaan dan tercapainya tujuan
perusahaan itu sendiri
1. Perencanaan
Barang Dagang (BD)
Barang dagang
adalah bahan utama atau persediaan barang siap dijual dari suatu produk
Formula dalam menyusun barang dagang
Persediaan awal : xxx
Pembelian barang dagang : xxx +
Persediaan akhir / Barang siap
dijual : xxx
2. Penyusunan Anggaran Barang Dagang
1. Anggaran
Kebutuhan Barang dagang
Anggaran
Kebutuhan Barang dagang disusun untuk merencanakan jumlah fisik barang dagang
yang diperlukan.
Secara
terperinci pada anggaran ini harus dicantumkan :
a. Jenis barang
yang akan dijual
b. Spesifikasi
barang yang akan dijual
c. Proses dalam mengadakan barang
dagang
d. Standar barang dagang
e. Waktu penggunaan barang dagang
2.
Anggaran Pembelian Barang dagang
Anggaran yang disusun sebagai
perencanaan jumlah barang dagang yang harus dibeli pada satu periode.
Rencana Persediaan Barang dagang
Faktor-faktor
yang menentukan rencana persediaan barang dagang(Bambang Riyanto 2001 : 93)
1) Anggaran kuantitas barang dagang
Semakin besar penjualan yang
dianggarkan, semakin besar barang dagang yang disediakan, semakin kecil
penjualan semakin kecil barang dagang yang disediakan.
2) Harga beli bahan baku
P(BB) ~ semakin tinggi harga,
semakin rendah persediaan barang dagang yang direncanakan
P(BB)~semakin rendah bahan baku yang
dibeli, semakin tinggi persediaan barang dagang yang direncanakan.
3) Biaya penyimpanan bahan baku
digudang dalam hubunganannya dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat
kehabisan persediaan.
4) Ketepatan pembuatan standar
pembelian barang dagang.
5) Ketepatan
Vendor dalam menyerahkan barang dagang
6) Jumlah bahan
baku tiap kali pemesanan.
3. EOQ (Economical Order Quality)
(Jumlah kuantitas barang yang dapat diproses dengan biaya
yang minimal / ekonomis)
EOQ Ã Harus mempertimbangkan 2 jenis
biaya
1. Biaya Pemesanan
Biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan pemesanan barang dagang, biaya ini berubah-ubah (berfluktuasi)
sesuai dengan frekuensi pemesanan. Sedangkan tinggi frekunsi pemesanan semakin
tinggi pula biaya biaya pemesanannya.begitu pula sebaliknya.
1) Biaya persiapan pemesanan
2) Biaya administrasi
3) Biaya pengiriman pesananan
4) Biaya mencocokkan pesanan yang masuk
2. Biaya Penyimpanan
Biaya yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan penyimpanan barang dagang yang telah dibeli. Biaya ini
berfluktuasi sesuai dengan jumlah barang dagang yang disimpan
1) Biaya pemeliharaan
2) Biaya asuransi
3) Biaya perbaikan kerusakan
Rumus :
EOQ =
F :
Biaya tetap
S :
Penjualan tahunan
P :
Harga beli per unit
C :
Biaya penyimpanan (%)
Diketahui :
1. Barang dagang / tahun : 364 unit
2. Harga beli / unit : Rp.
16,000,000
3. Biaya tetap : Rp. 7,280,000
4. Biaya penyimpanan : 40%
EOQ =
= =
828 unit
Berapa kali pesanan dalam setahun
agar mendapat nilai paling ekonomis?
1). Jika pemesanan 182 unit
dilakukan 2x
2 x pesanan (182 unit)
Nilai rata-rata persediaan : 182 unit x 16,000,000 = Rp. 1,465,000,000
2
Biaya persediaan : 40 % x 1,465,000,000 = Rp. 586,000,000
Biaya pesanan : 2 x Rp. 7,280,000 = Rp. 14,500,000
Biaya barang dagang/tahun: 364 unit
x 16,000,000 = Rp. 5,824,000,000 +
Jumlah biaya / thn =
Rp. 6,424,500,000
2). Jika pemesanan 91 unit dilakukan
4x
4 x Pesanan (91 unit)
Nilai rata-rata persediaan : 91 unit x 16,000,000 = Rp. 728,000,000
2
Biaya penyimpanan : 40% x 728,000,000 = Rp. 291,200,000
Biaya pesanan : 4 x Rp. 7,280,000 = Rp. 29,120,000
Biaya barang dagang/ tahun: 364 unit
x 16,000,000 = Rp. 5,824,000,000 +
Jumlah biaya / thn Rp. 6,144,320,000
3). Jika pemesanan 52 unit dilakukan
7x
7 x Pesanan (52 unit)
Nilai rata-rata persediaan : 52 unit x 16,000,000 = Rp. 832,000,000
2
Biaya penyimpanan : 40% x 832,000,000 = Rp. 332,800,000
Biaya pesanan : 7 x 7,280,000 =
Rp.
50,960,000
Biaya barang dagang /tahun: 364 unit
x 16,000,000 = Rp. 5,824,000,000 +
Jumlah biaya / thn Rp. 6,207,760,000
2x pemesanan
|
4x pemesanan
|
7x pemesanan
|
Rp 6,424,500,000
|
Rp 6,144,320,000
|
Rp 6,207,760,000
|
1.
Anggaran
mengestimasi potensi laba satuan bisnis
2.
Anggaran
dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter dapat saja ditunjang
oleh jumlah non moneter (missalnya, unit yang dijual atau diproduksi).
3.
Mencakup periode satu
tahun.
4.
Anggaran merupakan
komitmen manajemen; manajer sepakat untuk mengemban tanggung jawab atas
pencapaian tujuan yang dianggarkan.
5.
Usulan anggaran
ditelaah dan disetujui oleh otoritas yang lebih tinggi ketimbang oleh pihak
yang menganggarkan (budgetee).
6.
Begitu disetujui, anggaran
hanya dapat diubah dalam kondisi yang ditetapkan.
7.
Secara berkala, kinerja
finansial sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, dan selisihnya dianalisis
dan dijelaskan.
1.
Menghilangkan pengaruh ketidakpastian
Untuk
menghadapi ketidakpastian sistem maka sistem persediaan ditetapkan persediaan
darurat yang dinamakan safety stock. Apabila permintaan telah diketahui maka
persediaan barang dalam proses dan barang jadi akan disesuaiakan denan
permintaan, dalam hal ini tidak perlu ada persediaan dan apabila ada gejolak
permintaan akan diteruskan kebagian produksi dan bagian produksi akan berusaha
mengatasi gejolak permintaan.
2.
Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan
pembelian
3.
Untuk mangantisipasi perubahan pada demand dan supply
Persediaan
disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang menunjukkan perubahan demand
dan supply
1)
Bila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan
baku
2)
Sebagai persiapan menghadapi promosipasar dimana sejumlah
besar barang jadi disimpan menunggu penjualan tertentu.
Menurut M. Nafarin
dalam bukunya yang berjudul ”Penganggaran Perusahaan”, Tujuan penyusunan
anggaran persediaan antara lain antara lain:
” 1. secara
terperinci berapa nilai persediaan pada periode yang akan datang Untuk digunakan
sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan penggunaan dana
2.
Untuk
mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan yang digunakan
3.
Untuk
merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan dana sehingga
dapat mempermudah pengawasan
4.
Untuk
merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat mencapai hasil yang
maksimal
5.
Untuk
menyempurnakan rencana yang telah disusun karena dengan anggaran lebih jelas
dan nyata terlihat
6.
Untuk
2.5. Metode penilaian
persediaan
A. Metode fifo (first in first out)
Yakni barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap
dikeluarkan (diproses) lebih awal pula.
Pemakaian metode pertama masuk-pertama keluar, didasarkan
anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai dibebani dengan harga perolehan
persatuan dari bahan yang pertama kali masuk ke gudang bahan, atau harga
perolehan bahan per satuan yang pertama kali masuk ke gudangbahan akan
digunakan untuk menentukan harga perolehan per satuan bahan yang dipakai
pertama kali, disusul harga perolehan
per satuan yang masuk berikutnya.
Metode ini dimaksudkan untuk menentukan aliran harga
perolehan bahan dan tidak harus sesuai dengan aliran phisik bahan, karena
aliran phisik bahan akan mempertimbangkan keadaan kondisi phisik bahan yang
harus segera dipakai.
2.5.1 Contoh perhitungan
Fifo
Contoh :
PT. Bumi Damai dalam bulan Januari 2005 sebagai berikut :
Persediaan tanggal 1 Januari 2005 = 200 kg @ Rp 100,-
Pembelian
Tanggal
|
Jumlah (kg)
|
Harga per
kg
|
12 Januari
26 Januari
31 Januari
|
400
500
100
|
Rp 120
Rp 90
Rp 110
|
Pemakaian :
Tanggal
|
Jumlah (kg)
|
Dari pembelian
|
16 Januari 2005
28 Januari 2005
|
500
300
|
Tahun lalu = 100 kg
Tanggal 12 Januari = 400
Tahun lalu = 100 kg
Tanggal 26 Januari = 200 kg
|
Metode persediaan phisik :
Persediaan awal Januari 2005 = 200 kg x Rp 100 = Rp 20.000
Pembelian
bahan :
Tanggal
12/1/2005 = 400 x Rp 120 = Rp
48.000
Tanggal
26/1/2005 = 500 x Rp 90 = Rp 45.000
Tanggal
31/1/2005 = 100 x Rp 110 =
Rp 11.000
Pembelian kotor Rp 104.000
Pengembalian
pembelian = 100 x Rp 90 = Rp
9.000
Pembelian
bersih sebanyak 900 kg =
Rp 95.000
Harga perolehan bahan siap dipakai 1.100 kg = Rp 115.000
Persediaan bahan per 31 Januari 2005 (akhir)
100 x Rp
110 = Rp 11.000
250
x Rp 90 = Rp 22.500
=
(Rp33.500)
Harga perolehan bahan yang dipakai = Rp 81.500
B. Metode Lifo (last in first out)
Yakni barang yang masuk (dibeli) lebih akhir, dianggap
dikeluarkan (diproses) lebih awal.
Metode ini mendasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama
kali dipakai dibebani dengan harga perolehan per satuan bahan dari yang
terakhir masuk, disusul dengan harga perolehan bahan per satuan yang masuk
sebelumnya dan seterusnya.
Pada metode ini, aliran harga perolehan juga tidak harus
mempertimbangkan keadaan (kondisi) phisik dari persediaan.
Contoh :
Dari data persediaan pada PT. Damai, apabila
menggunakan metode LIFO, adalah sebagai berikut :
Metode persediaan phisik
Persediaan per 1 Januari 2005 (awal) = 200 kg x Rp 100 = Rp 20.000
anggal
12/1/2005 = 400 kg x Rp 120 = Rp 48.000
Tanggal
26/1/2005 = 500 kg x Rp 90 =
Rp 45.000
Tanggal
31/1/2005 = 100 kg x Rp 110 = Rp 11.000
1.000 kg Rp 104.000
Pengembalian
pembelian = 100 kg x Rp 90 = (Rp 9.000)
Pembelian
bersih = 900 kg =
Rp 95.000
Harga
perolehan bahan siap pakai sebanyak 1.100 kg = Rp 115.000
Persediaan bahan per 31 Januari 2005 (akhir) =
200 x Rp
100 = Rp 20.000
150 x Rp
120 = Rp 18.000
Rp 38.000
Harga perolehan bahan baku yang dipakai 750 kg = Rp
77.000
C. mtode rata-rata bergerak (moving average)
Yakni barang yang dikeluarkan (diproses) dinilai
berdasarkan rata-rata dari harga beli yang pernah dilakukan (terjadi).
Metode ini, didasarkan pada anggapan bahan yang
dikonsumsikan dibebani dengan harga pokok per satuan bahan rata-rata. Pada
metode ini, aliran harga perolehan juga tidak harus sesuai dengan aliran phisik
bahan, karena aliran phisik harus mempertimbangkan keadaan (kondisi) phisik
dari persediaan.
Contoh :
Dari data PT. Damai
Persediaan bahan per 1 Januari 2005 = 200 kg
x Rp 100 = Rp 20.000
Pembelian
bahan 12/1/2005 = 400 kg x Rp
120 = Rp 48.000
Pembelian
bahan 26/1/2005 = 500 kg x
Rp 90 = Rp 45.000
Pembelian
bahan 26/1/2005 = 100 kg x Rp
110 = Rp 45.000
Pembelian
bahan 26/1/2005 = (100 kg) x Rp 90 = (Rp 9.000)
1.100
kg a*) Rp 104,545 = Rp 115.000
Persediaan
bahan per 31 Januari 2005 = 350 kg x Rp104,545 = Rp
36.591
harga
perolehan bahan yang dipakai = 750 kg
x Rp 104,545 = Rp 78.409
*) = Rp 115.000
: 1.100 kg = Rp
104,545
6.1
Keterbatasan Penganggaran
·
Dalam banyak kejadian,
anggaran cenderung terlalu menyederhanakan fakta situasi nyata di lapangan
·
Terlampau menekankan
hasil ( Yi : laba bersih sesung- guhnya dibandingkan dg jumlah laba yang
dianggar kan), namun bukan pada sebab musababnya.
·
Tema partisipatif pada
anggaran menuntut dukungan penuh dan keterlibatan manjemen.
·
Dapat menggerogoti
inisiatif manajemen dengan meng halangi perkembangan dan tindakan baru yang
tidak tercakup dalam anggaran.
·
Proses penganggaran
bukanlah ilmu murni dan pertimbangan yang baik memainkan peran esensial.
2.1 Jenis-jenis persediaan
Persediaan pada setiap
perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya. Persediaan diklasifikasikan
sebagai berikut:
1.
Persediaan barang dagang
Barang
yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang untuk dijual
kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh secara fisik
tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang telah jadi
ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.
Dalam
beberapa hal dapat terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit
menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda gir dan
sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh.
2.
Persediaan manufaktur
1)
Persediaan bahan baku
Barang
berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan
menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk
dijual kembali. Bagian dari suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan
kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang.
2)
Persediaan barang dalam proses
Barang
yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum penyelesaian .
3)
Barang jadi
Barang
yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.
3.
Persediaan rupa-rupa
Barang
seperti perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman, persediaan ini biasanya
dicatat sebagai beban penjualan umum.
1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil kajian diatas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Anggaran
adalah suatu rencana rinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran
kuantitatif untuk menunjukan sumber-sumber yang akan diperoleh dan digunakan
selama jangka waktu tertentu, umumnya satu periode atau satu tahun.
2) Persediaan barang dagang merupakan
elemen penting bagi perusahaan dagang, contoh kasus PT Mutiara Tiga Berlian.
3) Berdasarkan hasil perhitungan
penganggaran pembelian persediaan barang dagang mesin penyambung pipa, untuk
memperoleh efisiensi dan efektivitas maka perusahaan PT Mutiara Tiga Berlian
harus melakukan pemesanan 4x dengan kuantitas 91 unit.
2. Persediaan
Persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang
yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual.
Persediaan adalah aset:
1)
Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa
2)
Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau,
3)
Dalam bentuk bahan atau perlengkapanuntuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas,
adapun saran dan solusi yang dapat diberikan antara lain :
1) PT Mutiara Tiga Berlian merupakan
importir sekaligus menjadi distributor atas mesin penyambung pipa dan
aksesoris, maka dalam proses pembelian persediaan diperlukan anggaran
perusahaan yang tepat guna mengurangi resiko kerugian atau perubahan nilai
tukar rupiah.
2) Jika dilihat dari jenis produk,
perusahaan akan membutuhkan banyak ruang untuk menyimpan barang dagang tersebut
dan juga biaya ekstra untuk biaya penyimpanan.
“Analisis
rasio merupakan analisis yang dapat menyingkap hubungan dan sekaligus dasar
pembandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat
dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri” (Dwi
Prastowo & Rifka Juliaty, 2002:80)
http/www/anggaranpersediaan.com
M. Nafarin 2004:15
Winardi 2003:8
Suad
Husnan & Enny Pudjiastuti 2002:111